Mencintai Karena Allah

Mencintai Karena Allah


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي، الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي ( صحيح, رواه مسلم ٢٥٦٦  )

Dari Abu Hurairah Raḍhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :, "Sesungguhnya Allah Ta’ala- berfirman pada hari kiamat, " Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini aku menaungi mereka dalam naungan-Ku, ( yang mana ) pada hari tidak ada naungan selain naungan-Ku. ( Hadist Shahih Riwayat Muslim No. 2566 )

Penjelasan dan Fawaid Hadist :

Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat menyeru para makhluk yang ada di Mauqif (padang mahsyar). Dia berfirman, " Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku?" Menanyakan keberadaan mereka, padahal Dia tahu tempat mereka dan kondisi mereka, untuk menyerukan keutamaan mereka di tempat tersebut dan untuk menyatakan secara tegas keagungan-Nya. Yakni, manakah orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, bukan untuk tujuan lainnya dari keuntungan duniawi atau semacamnya. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’la - mengatakan, " Hari ini Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku." Penyandaran naungan pada Allah adalah penyandaran untuk memuliakan, sedang maksudnya naungan 'Arsy. Disebutkan dalam selain riwayat Muslim, "Naungan 'Arsy-Ku". "Di hari tidak ada naungan selain naunganKu", artinya tak ada satu pun naungan pada hari itu kecuali naungan 'Arsy Ar-Rahmān.

Hendaknya seorang muslim mencintai saudaranya karena Allah, Inilah cinta yang sebenarnya, cinta yang dilakukan di jalan Allah dan semata-mata karena Allah Subhanahu wa ta'ala.

Cinta Karena Allah dalah cinta yang tidak dapat dinodai oleh unsur-unsur keduniaan, ketampanan, harta, kedudukan, fasilitas, suku, bangsa dan yang lainnya. Akan tetapi dia melihat dan mencintai seseorang karena ketaatannya dalam melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan kekuatannya dalam meninggalkan larangan-Nya. Wallahu ta’ala ‘alam

Maraji’ :
1.      Shahih Muslim
2.      Syarhus Sunnah, Oleh al-Baghawi
3.      Riyadhus Shalihin
4.      Dan kitab lainnya

Boyolali, 27 Jumadil Akhir, 1441
Ditulis Oleh : Satrio Wibowo

Artikel : Mediamakkah.com